ANALISIS METODE DAN PENDEKATAN
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KURIKULUM 2103 |
|
MAKALAH INDIVIDU
Disusun Sebagai Syarat untuk Memenuhi Tugas Individu
Mata Kuliah “Strategi Belajar Mengajar”
(Dosen:Sapto Armin Wibowo, M.Pd.)
Disusun Oleh :
Muhammad Jamalul Huda
34301300348
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG 2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan
Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada Penulis
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Adapun bahasan yang dikaji dalam
makalah ini adalah tentang ”Analisis Metode
dan Pendekatan yang Dituntut Standar Nasional Pendidikan Dalam Kurikulum 2013” yang bertujuan untuk melengkapi tugas mata kuliah
Strategi Belajar Mengajar.
Dalam
penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak yang turut
berpartisipasi langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sapto Armin Wibowo, M.Pd. selaku Dosen Pengampu yang telah memberikan arahan
dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan dan selama penyusunan
makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan mahasiswa
turut memberikan dukungan baik berupa materil maupun moril.
Penulis
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekurangan dan
kesalahan
baik dalam hal penulisan maupun isi. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca sekalian yang bersifat membangun yang bisa menjadi
bahan acuan dan pertimbangan bagi penulis untuk kesempurnaan makalah ini
dikemudian harinya. Harapan
penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian umumnya.
Semarang, 20 Oktober 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu usaha
meningkatkan mutu sumber daya manusia yang ada. Fokus kegiatan pembelajaran di
sekolah adalah interaksi pendidik dan peserta didik dalam mempelajari suatu
materi pelajaran yang telah tersusun dalam satu kurikulum. Pendekatan
pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh pendidik dan peserta didik
dalam mencapai tujuan instruksional untuk suatu satuan instruksional tertentu.
Pada dasarnya pendekatan pembelajaran dilakukan oleh seorang pendidik untuk
menjelaskan materi pelajaran dari bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya
berorientasi pada pengalaman-pengalaman yang dimiliki peserta didik untuk
mempelajari konse, prinsi atau teori yang baru mengenai suatu bidang
ilmu.Pendekatan belajar dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta
metode belajar dalam proses pembelajaran termasuk faktor-faktor yang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar peserta didik.
Pendekatan dan metode pembelajaran didominasi
oleh teori belajar konstruktivisme yang kemudian dinyatakan sebagai pendekatan
ilmiah. Namun kurikulum 2013 juga tidak lepas dari pendekatan behavorisme dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Pendekatan teori belajar behaviorisme dalam
kurikulum 2013 digunakan dalam kegiatan pendahuluan dan penutup proses
pembelajaran, sedangkan untuk kegiatan inti pembelajaran didominasi dengan
teori belajar konstruktivisme. Berikut akan dijelaskan analisis metode dan
pendekatan pembelajaran dalam kurikulum 2013 ditinjau dari dua pandangan besar
dalam pembelajaran yaitu pendekatan behaviorisme dan konstruktivisme.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas
penulis merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, antara
lain:
1. Apa
yang dimaksud dengan metode dan pendekatan pembelajaran?
2. Bagaimana
analis pendekatan behaviorisme?
3. Bagaimana
analis pendekatan konstruktivisme?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.
Mampu memehami metode dan pendekatan
pembelajaran.
2.
Mampu menganalisis pendekatan behaviorisme.
3.
Mampu menganalisis pendekatan konstruktivisme.
4.
Mampu memilih metode dan pendekatan yang
sesuai dengan kurikulum 2013.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Metode dan Pendekatan Pembelajaran
Untuk menjamin mutu Pendidikan Nasional dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat, maka pemerintah menetapkan sebuah dasar dan batasan minimal
yang disebut Standar Nasional Pendidikan yang tertuan dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005. Standar Nasional Pendidikan ini berfungsi sebagai
dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan Pendidikan Nasional bermutu.
Salah satu lingkup Standar Pendidikan Nasional
adalah Standar Proses. Pada BAB IV PP no. 19 tahun 2005 ini tentang Standar
Proses, dijelaskan bahwa :
“Proses
Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.” (pasal 19
ayat 1).
Terlihat cukup jelas bagaimana tuntutan
Pemerintah terhadap proses pembelajaran di dalam kelas. Terdapat beberapa kata
kunci yaitu pembelajaran interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi untuk aktif, kesempatan berprakasa, kreatif dan mandiri. Dalam hal
ini peserta didik dituntut agar lebih bisa menjadi peserta didik yang
produktif. Selanjutnya juga pada BAB IV PP no. 19 tahun 2005 ini menekankan
pada:“pendidik memberikan keteladanan dalam proses pembelajaran” (pasal 19
ayat 2).Dan pada pasal 19 ayat 3 berbunyi :“Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran,pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil
pembelajaran, dan pengawasanproses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif danefisien.” (Pasal 19 ayat 3).
sedangkan dalam Permendiknas no. 41 tahun 2007
tentang Standar Proses merinci tentang Perencanaan, Pelaksanaan, Penilaian, dan
Pengawasan pembelajaran. Disebutkan bahwa proses Perencanaan berupa silabus dan
RPP yang memuat kompetensi yang diperlukan untuk dikuasai siswa (Permendiknas
no. 22 tahun 2006, Standar Isi).
Proses Pelaksanaan pembelajaran
merupakanimplementasi dari RPP yang di dalamnya termasuk apersepsi, eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Proses Penilaian pembelajaran dilaksanakan
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa. Dan proses Pengawasan
berupa pemantauan, supervisi, evaluasi, dan laporan.
Untuk mendorong keberhasilan pendidik dalam
proses belajar mengajar diperlukan adanya metode dan pendekatan pembelajaran
yang sesuai. Metode pembelajaran merupakan rencana yang sistematis untuk
menyampaikan informasi (Garlach dan Elly, 80:14). Metode dapat juga diartikan
sebagai cara yang telah terpola tetap untuk memperoleh pengetahuan. Karenanya
suatu metode bersifat prosedural, teknis dan implementatif. Jadi dapat saya
simpulkan bahwa metode pembelajaran pada intinya merupakan suatu cara yang
digunakan seorang pendidik untuk dapat mengembangkan potensi diri peserta didik
untuk mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri.
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered
approach).
2. Pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach).
Dari
uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwasannya pendekatan
pembelajaran merupakan tolak ukur seoran pendidik dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar. Suatu metode pembelajaran sangat saling terkait dengan
pendekatan-pendekatan pembelajaran yang ada. Jika keduanya dapat berjalan
dengan baik maka tentulah tujuan pendidikan akan tercapai dan jika tidak maka
yang terjadi adalah sebaliknya.
B.
Analis Pendekatan Behaviorisme
Dalam pencapaian tujuan pendidikan ada beberapa
pendekatan-pendekatan yang terkait. Pendekatan behaviorisme merupakan salah
satu dari beberapa pendekatan tersebut. Teori belajar behaviorisme sendiri
merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan
Berliner tentang
perubahan tingkah laku cerminan hasil dari
pengalaman.
Teori behavioristik dengan
model hubungan
stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan
akibat adanya
interaksi antara
stimulus dan
respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia
dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut.
Proses yang terjadi antara stimulus dan respon
tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat
diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang
diberikan oleh
guru (stimulus)
dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori
ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk
melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran
behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan
ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula
bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga
semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment;
(2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4)
Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Program-program pembelajaran seperti Teaching
Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran
lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan
faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran
yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Pandangan behavioristik juga kurang dapat
menjelaskan adanya variasi tingkat emosi siswa, walaupun mereka memiliki
pengalaman penguatan yang sama. Pandangan ini tidak dapat menjelaskan mengapa
dua anak yang mempunyai kemampuan dan pengalaman penguatan yang relatif sama,
ternyata perilakunya terhadap suatu pelajaran berbeda, juga dalam memilih tugas
sangat berbeda tingkat kesulitannya. Pandangan behavioristik hanya mengakui
adanya stimulus dan respon yang dapat diamati. Mereka tidak memperhatikan
adanya pengaruh pikiran atau perasaan yang mempertemukan unsur-unsur yang
diamati tersebut.
Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan
siswa untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif.
Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping,
yaitu membawa siswa menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan
peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor
yang memengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan
atau shaping.
Dalam teori ini peserta didik kurang begitu
aktif, maksudnya disini masih dibutuhkan adanya suatu stimulus-stimulus atau
perangsang agar peserta didik itu mau bertindak, dalam hal ini maksudnya adalah
belajar. Seorang pendidik dalam hal ini dituntut lebih aktif memberikan
stimulus kepada peserta didiknya agar peserta didik lebih maksimal dalam
mengembangkan potensinya.
C.
Analis Pendekatan Konstruktivisme
Terdapat berbagai pemikiran tentang bentuk
konstruktivisme, namun yang menyatukan beragam bentuk tersebut adalah metaphor
(hakikat) dari konstruksi itu sendiri. Metaphor dari konstruksi yaitu
pembangunan struktur dari bagian yang sudah ada, yang selanjutnya dibentuk
menjadi lebih khusus.
Menurut von Glasersfeld (1989: 182): “
pengetahuan tidak diterima secara pasif, namun dibangun oleh subjek yang
mengetahui”. Sehingga dapat dikatakan bahwa “memahami” adalah proses aktif,
secara personal dan berdasarkan pada pengetahuan yang dikonstruksi
sebelumnya. Sehingga tidak tepat jika kurikulum di tentukan oleh pemerintah.
Dalam kelas konstruktivis, kurikulum umumnya proses menggali lebih dalam dan
lebih dalam ide-ide besar yang dimiliki pelajar, daripada menyajikan materi
yang umum.
Ernest memfokuskan pada empat konstruktivisme
yang utama, yaitu konstruktivisme biasa, konstruktivisme radikal, enaktivisme
dan konstruktivisme social.Konstruktivisme biasa dapat diterapkan sebagai
perluasan dari teori belajar neo-behavioristik dan kognitif. Menurut Ausubel
(1969), “Faktor utama yang mempengaruhi belajar adalah apa yang siswa telah
diketahui sebelumnya. Mengetahuinya dan mengajarkanya secara bersamaan”.
Sehingga prinsip utama dari kebanyakan konstruktivisme adalah pengetahuan
sebelumnya dan pemahaman adalah basis bagi pembelajaran selanjutnya.
Konstruktivisme biasa beranggapan bahwa kebenaran representasi dari dunia
empiris dan pengalaman (eksperiental) adalah mungkin.
Prinsip konstruktivisme radikal yaitu
"fungsi kognisi bersifat adaptif dan melayani organisasi dunia pengalaman,
bukan penemuan dari realitas secara ontologis." (Von Glasersfeld 1989:
182). Sehingga, dari seorang yang kritis tentang “sifat-sifat struktur” dari
kenyataan yang yang tak tersedia, organisme pengalaman kemudian berubah menjadi
struktur kognitif yang akan digunakan untuk menyelesaikan masalah seperti yang
organism yakini dan bayangkan (Von Glasersfeld 1983: 50). Dengan kata lain
organism itu sendiri dan secara keseluruhan mengadaptasi dunia dari
pengalaman-pengalaman melalui adatasi dari skema-skema.
Enactivism didasarkan pada model hayati; lebih
spesifik, kognisi dipandang sebagai proses biologis. Ernest menjelaskan salah
satu dari ide-ide sentral (dari enactivism) adalah dari
autopoesis. Autoposes memiliki sistem dinamis kompleks yang spontan
yang memiliki organisasi sendiri, berdasarkan umpan balik dan pertumbuhan
dalam menanggapi umpan balik ini. Individu yang berpengetahuan bukan hanya
seorang pengamat dunia tetapi tubuh tertanam di dunia dan dibentuk baik kognitif
dan sebagai organisme fisik yang utuh oleh interaksinya dengan dunia.
“Enaktivisme sebagai teori kognitif menyadari akan pentingnya konstruksi
secara individual dalam dunia, tetapi menekankan pada perkembangan struktur
individu dengan dunia dalam metode dan syarat untuk meneruskan interaksi antara
individu dengan situasi (Reid et al. 2000:1-10).
Manusia terbentuk melalui interaksi dengan
orang lain melalui proses individual mereka. Metafora yang mendasarinya adalah
dialogis atau perbincangan, yang terdiri dari masyarakat sosial yang tertanam
dalam interaksi linguistik dan ekstra-linguistik dan dialog bermakna (Harre
1989; Ernest 1998).
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Pendekatan dan metode pembelajaran didominasi
oleh teori belajar konstruktivisme yang kemudian dinyatakan sebagai pendekatan
ilmiah. Dikatakan ilmiah karena dalam penyampaiannya teori belajar ini
benar-benar diperankan oleh peserta didik yang lengkap dengan pemecahan masalah
yang ada. Pendidik hanya sebagai fasilitator yakni membantu jika peserta didik
kesulitan dalam memecahkan masalah yang ada.
Pendekatan behavorisme dalam proses
pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan uang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Dalam kurikulum 2013 pendekatan behaviorisme
digunakan dalam kegiatan pendahuluan dan penutup proses pembelajaran, sedangkan
untuk kegiatan inti pembelajaran lebih banyak membelajarkan dengan teori
belajar konstruktivisme.
B.
Saran
Demikianlah makalah ini penulis
buat, untuk meyempurnakan makalah yang sederhana ini penulis
sangat mengharapkan saran dan krtik dari pembaca agar tersempurnanya
makalah ini.
Akhir kata mudah-mudahan makalah
ini dapat memberi manfaat untuk pemabaca khususnya
untuk penulis sendiri. Terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
Hamdani. (2011). Strategi
Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Hartono, R. (2013). Ragam
Model Mengajar yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: DIVA Press.
Sagala, S. (2011). Konsep
dan Makna Pembelajaran. Bandung: ALFABETA CV.
Soeyono, Y. (2012). Menganalisa Peraturan
Pemerintah Tentang Standar Nasional Pendidikan Ditinjau dari Sisi Teori
Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://yandrisoeyono.blogspot.com/2012/10/analisa-standar-nasional-pendidikan.html.[18 Oktober 2014 Jam 01.16].